Blog Archives
Membuat Sejarah Demi Sebuah Berkah
Buka Puasa Bersama dan Menjenguk Sang Guru
Ketika itu entah kenapa timbul di benak saya yang tanpa direncanakan unuk mengumpulkan angkatan ke IX (Sembilan) untuk membuat acara buka puasa bersama Sang Guru almaghfurlah almarhum KH. Alwi M. Zein, M. A allahu yarham. Yang ketika sedang mengalami sakit. Ternyata ide tersebut mendapat respon dari ketua HAMAS (Himpunan Alumni Ma’had Al-Hidayah Basmol) yang pada ketika masih dipimpin oleh saudara Mafruhin. Sekedar info HAMAS merupakan wadah alumni pondok pesantren Basmol yang cukup lama vakum. Katanya agar kegiatan tersebut dibuat secara lebih meluas ke angkatan lain. Akhirnya yang berdatangan bukan dari angkatan sembilan saja, mulai dari angkatan dua, empat, lima, enam sampai ke dua belas ikut berpartisipasi. Sampai kami sempatkan untuk membuat bingkisan pribadi khusus untuk Sang Guru.
Alhamdulillah pada waktu itu kami mengumpulkan penggalangan dana yang lumayan untuk bisa meringankan biaya pengobatan sang guru. Sungguh kebahagiaan yg tidak ternilai walaupun dengan jumlah yg tidak besar, namun kami merasa bangga hati karena Sang Guru dapat tersenyum.
Amanah dari Sang Guru
Disela-sela obrolan kami dengan Sang Guru di senja hari itu, masih terngiang di telinga saya bisikan Sang Guru,
” Perkumpulan harus dilegalkan bikin yang bisa almamater bangga memiliki kalian.”
Kata-kata itu seolah jadi tanda agar kami para alumni membuat sebuah wadah alumni secara serius.
Lalu beberapa saat kemudian keluarlah rombongan alumni ini dari kediaman Sang Guru. Ada yang langsung ke tempat Ustadz Baihaqi Zainudin, ada yang menyempatkan diri melihat-lihat pondok sambil bernostalgia bahkan diantaranya ada yang sempatkan diri untuk berfoto-foto yang akhirnya dilanjutkan berbuka puasa bersama di kediaman ustadz Baihaki Zainudin.
Sesaat setelah buka puasa obrolan di mulai kembali. Dengan wacana melanjutkan cita-cita Sang Guru dengan bentuk RAKER alumni pondok berskala besar-besaran mulai angkatan pertama hingga terakhir yang kami harapkan sepaling tidak mendapatkan perwakilan tiap angkatannya. Alhamdulillah hasilnya kami sepakat agar RAKER diadakan pada 18-19 Oktober 2014 di Villa Arumba seusai lebaran.
Puncak Jadi Saksi Pengabdian
Akhirnya pada hari tersebut, beberapa alumni ikut berpartisipasi untuk membentuk wadah alumni yang ke depannya mau dibawa kemana. Tibalah kami di Villa Arumba yang cukup memanjakan kami dengan pesonanya. Dan rapat pun dimulai puncak jadi saksi pengabdian kami.
Berubah Nama dan Logo
Dengan berbagai perdebatan dari masalah AD/ART hingga pemaparan program 2 tahun ke depan, kami begitu antusias demi memperjuangkan cita-cita Sang Guru almaghfurlah K.H.Alwie Zein. HAMAS sebagai wadah yang sudah ada dipertanyakan, apakah perlu diganti nama dan logonya sebagai tanda awal semangat baru untuk generasi baru yang lebih cerah. Akhirnya HAMAS diubah menjadi ALMAA, saya sendiri mengetahui komisi pembentukan nama dan logo organisasi, dengan berbagai macam pertimbangan, adanya niatan untuk megubah nama HAMAS menjadi ALMAA, di antaranya;
- Ingin perkumpulan alumni lebih meluaskan namanya di nusantara, kalo menggunakan nama HAMAS pada masa itu agak ekstrim terdengar karena sering di sangkut pautkan dengan ormas di luar sana yang bersifat ekstrim, sehingga menyulitkan perkumpulan alumni kita untuk menembus dunia pemerintahan
- Ingin mengubah nama HAMAS dengan nilai mensucikan itikad baik guru yang menjadi keinginan terakhir beliau dengan merealisasikannya menjadi sesuatu yang new (baru), diluar dampak siapapun
- Masih banyak lagi alasan yang tidak dapat saya sampaikan pada artikel saya ini.
Lanjut ke Raker alumni dengan menghasilkan loga dengan nama yang baru sebagai berikut :
Demikian makna logo ALMAA Basmol :
- LINGKARAN LIMA YANG MEMUCUK KELUAR menyimbolkan rukun islam menjadi dasar yang meluas keluar untuk mengikat para alumni bukan hanya di dalam organisasi, tapi kami harapkan perkumpulan alumni dapat berguna juga di luar perkumpulan.
- PADI DAN KAPAS yang melambai ke dalam memiliki arti cita-cita kemakmuran dan kesejahtraan di segala bidang. Bukan padi=makan, kapas=kasur/bantal setelah makan lalu tidur.
- KITAB KUNING agar semua anggotanya selalu menjadikan kitab untuk mengkaji segala hal bukan hanya mengandalkan otak dan perasaan saja, tetapi selalu menjadikan kitab atau buku suatu dasar landasan, pesan GURU “ Belajar sesuatu harus memiliki guru atau landasan dasar jangan belajar tanpa guru atau sendiri”.
- KALAM DI ATAS KITAB selalu menjunjung tinggi tuntunan siapapun tanpa melihat usia siapapun mereka yang membimbing/mengajar diatas ilmu yang kita kuasai,
Nama ALMAA yang di rangkai dari dasar kata AL= Alumni M= Ma’had/Pondok pesantren A= Al-Hidayah A= bAsmol sendiri menjadi perdebatan sengit dari komisi lain, yang akhirnya mnjadapat keputusan untuk di setujui dengan makana ALMAA dari asal kata Maun air, dengan harapan perkumpulan ini dapat mengalir kemana saja seperti air dan dapat menjadi kebutuhan yang penting bagi anggota dan masyarakat luas nanti.
Demikian sedikitnya pemaparan yang singkat ini yang dapat saya berikan untuk kepentingan kita semua, semoga menjadi dasar perjuangan kita nantinya , membuat kita ingat siapakah kita dahulu sebelum mengenal Ma’had kita dan siapa kita sekarang setelah keluar dari Pondok Pesantren AL-Hdayah Basmol. Betapa berjasa almamater kita dalam kelangsungan hidup kita.
Semoga menjadi bahan renungan kita semua. Betapa berharga dunia pendidikan pesantren bagi kita sehingga membuat kita menjadi sekarang seperti ini.
Salam
Ditulis oleh Bang Toha